Senin, 02 Mei 2016

Antisocial Personality Disorder (Psikopat)




Antisocial Personality Disorder (Psikopat)
Hasil gambar untuk pengertian antisocial personality disorder
Pernahkah Anda mengamati orang-orang yang berpikir atau menjalani situasi yang benar-benar berbeda dengan pandangan Anda sebagai orang ‘normal’? Jika ya, bisa jadi Anda telah menyaksikan orang yang divonis sebagai penderita Antisocial Personality Disorder (ASPD). Lalu apakah itu ASPD ? ASPD atau yang dikenal dengan APD secara spesifik merupakan suatu jenis penyakit mental yang tidak mempedulikan hal baik ataupun benar yang berlaku dalam tatanan hidup sosial. American Psychiatric Association (APA) mengklasifikasikan Antisocial Personality Disorder (APD) sama dengan psikopat, sosiopat, atau dyssocial personality disorder (DPD). Namun, beberapa ahli ada yang tidak setuju dengan klasifikasi ini.
Mereka yang tidak setuju berpendapat bahwa semua orang psikopat dapat digolongkan ke dalam APD, namun tidak semua orang yang didiagnosa APD termasuk kedalam psikopat.
Orang dengan gangguan APD ini sering kali melakukan banyak pelanggaran hukum dan tidak mampu untuk memenuhi tanggung jawab sekitarnya. Orang psikopat seringkali mengabaikan/tidak peduli pada nilai-nilai kebenaran, kenyamanan atau pun perasaan orang lain. Biasanya tanda-tanda dari orang yang mengidap Antisocial Personality Disorder (APD) atau psikopat seringkali sudah terlihat dari masa kanak-kanak, remaja dan berlanjut sampai dewasa.
Orang dengan APD (psikopat) cenderung bermulut sangat manis untuk mengelabui korbannya.
Beberapa tanda dari APD atau psikopat adalah:
§  Jarang mematuhi undang-undang yang berlaku sehingga sering terlibat dalam tindakan kriminalitas.
§  Tidak mempercayai hubungan dengan orang lain, yang dibuktikan dengan sering berbohong, menggunakan identitas palsu, atau pun menipu orang lain demi keuntungan diri sendiri.
§  Sering gagal untuk berpikir dan jarang merencakan masa depan.
§  Cenderung mudah marah dan agresif, senang menyerang, serta sering terlibat dalam perkelahian fisik dengan orang lain.
§  Kurang peka terhadap perasaan bersalah dan tidak mengakui kesalahan yang dilakukannya.
§  Kurangnya perasaan simpati dan empati terhadap sesuatu.
§  Sangat susah membangun relasi/hubungan yang baik dengan orang lain dan bahkan sering memutuskan hubungan dengan orang lain tiba-tiba-sewaktu-waktu tanpa adanya alasan yang jelas dan masuk akal.

Orang yang mengidap APD (psikopat) seringkali harus dipenjara karena melakukan pelanggaran hukum namun mereka tidak merasa bersalah atas apa yang mereka lakukan. Mereka bertindak seolah-olah mereka tidak memiliki hati nurani. Orang psikopat tidak bisa memahami arti dari rasa bersalah, perasaan menyesal, dan tidak bisa mengerti konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukan. Mereka sering menipu, memanipulasi, berpura-pura dan bahkan seringkali bertindak sebagai predator dalam lingkungan sosial masyarakat.

Penyebab dari Antisocial Personality Disorder (APD) atau psikopat
Meskipun, tanda-tanda kelainan kepribadian ini sudah bisa terlihat sejak masih kanak-kanak, namun pada umumnya gejala dari APD /psikopat baru terlihat jelas ketika seorang anak beranjak dewasa sekitar umur 15 tahun ke atas. APD/psikopat seringkali dihubungkan dengan genetik dari orang tua yang mengidap APD juga walaupun tidak selamanya benar. Adakalanya APD bisa muncul dari gabungan faktor genetik dan lingkungan. Dan bahkan kebanyakan pula tidak ada faktor genetik sama sekali yang mempengaruhi munculnya APD ini.
Penderita APD biasanya belajar dari lingkungan yang kurang tanggap dan kurang adanya empati terhadap lingkungan dan penderitaan orang lain. Contoh pengalaman hidup menjadi salah satu pengaruh terbesar munculnya APD ini, seperti kekerasan fisik, , dan emosional di masa kecil, ditelantarkan, pergaulan dengan orang-orang APD, atau dibesarkan oleh orang tua yang alkoholik.
Penyalahgunaan obat-obatan serta kerusakan otak permanen juga dapat menyebabkan seseorang beresiko menderita APD. Namun, beberapa ahli berpendapat bahwa penyebab utama dari timbulnya gangguan APD ini adalah kombinasi dari faktor lingkungan dan genetik.

Akibat Penelantaran Penderita APD
Apabila penderita APD ini dibiarkan tanpa adanya konseling atau bimbingan, dapat menyebabkan korban-korban kejahatan oleh penderita APD meningkat. Banyak pula penderita APD yang menjadi pemimpin terkemuka dalam suatu organisasi atau sekte tertentu yang pada akhirnya membawa kehancuran bagi pengikutnya. Salah satu contoh yang jelas adalah bunuh diri missal atas perintah Pendeta Jim Jones di Guyana tahun 1978 .

Individu dengan APD ini beresiko tinggi melakukan tindakan kriminal berdasarkan suasana hati. Pembunuhan dengan mutilasi lalu menyakiti diri sendiri merupakan kejadian biasa untuk penderita APD. Mereka cenderung membuat semua kondisi menjadi masalah.

Penanganan Terhadap Penderita APD / psikopat
Pertanyaan umum yang seringkali ditanyakan adalah “Apakah APD atau psikopat ini bisa disembuhkan?”. Jawaban bisa YA bisa TIDAK, karena sewaktu-waktu penderita APD akan dengan mudah kembali mengidap gangguan ini bila tidak diawasi dan diarahkan secara baik. Perawatan yang efektif adalah dengan menjalankan terapi secara bertahap untuk membantu mengubah pemikiran yang salah ke posisi yang seharusnya. Konsumsi obat tertentu untuk menstabilkan suasana hati dari psikiatris bagi para penderita juga dibutuhkan.

Pencegahan
Pencegahan terhadap penyakit (kelainan) ini haruslah dilakukan sejak dini, ketika masih dalam usia kanak-kanak. Peran orang tua sangatlah penting dalam mendidik, menciptakan lingkungan yang baik dan kondusif, serta pendekatan lewat nilai-nilai keagamaan merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah timbulnya gangguan ini.

BEDAH NOVEL "NEGERI 5 MENARA"

Judul: Negeri 5 Menara
Pengarang: A. Fuadi
Bahasa: Indonesia
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Tahun 2009
Jumlah Halaman: XII + 423 halaman
ISBN: 978-979-22-4861-6
Kota Terbit: Jakarta
Hasil gambar untuk bedah novel negeri 5 menara

Novel berjudul Negeri 5 Menara karangan A. Fuadi merupakan Novel pertama dari trilogi negeri 5 menara. Trilogi Negeri 5 Menara terdiri atas 3 novel diantaranya yakni Negeri 5 Menara, Rantau 1 Muara, dan ranah 3 Warna. Negeri 5 Menara merupakan karya fiksi berbentuk novel yang mengisahkan tentang kisah seorang anak laki-laki yang merantau dari Sumatera Barat di daerah Danau Maninjau menuju Ponorogo Jawa Timur. Perantauan ini bermula ketika usulan amak (ibu Alif) yang berkeinginan kuat agar alif meneruskan pendidikannya di pondok Pesantren Madani di Jawa Timur. Keinginan amak ini bertentangan dengan keinginan Alif yang memiliki cita-cita berkuliah di ITB. Jika ingin berkuliah di perguruan tinggi negeri ternama, ia harus menempuh pendidikan menengahhnya di SMA. Menurut Alif, jika ia meneruskan pendidikannya di pondok pesantren, maka cita-citanya menjadi seperti mantan presiden B.J. Habibie akan sirna. Memang demikian jika keinginan amak dan Alif bertentangan. Amak begitu menginginkan anaknya menjadi Ulama seperti bunya HAMKA, sedangkan Alif ingin menjadi ilmuan seperti Habibie. Alif menolak keinginan amak dengan tegas. Namun dengan bujukan ayah, akhirnya Alif pun luluh dan mengikuti kemauan amak dengan setengah hati.

Keberangkatan Alif menuju Pondok Pesantren Madani di Jawa Timur ditemani oleh ayahnya. Sepanjang perjalanan Alif berpikir seperti apa jika ia menjalani sesuatu yang bukanlah keinginannya. Sesampainya di Pondok Madani , Alif terkejut dengan segala peraturan dan kegiatan di Pondok. Semua tertata dengan rapi dan penuh dengan kedisiplinan.Di sana Alif menemui teman-teman yang berasal dari berbagai kalangan dan etnis. Alif semakin mengagumi sistem pendidikan di Pondok tersebut. Namun dalam hati kecilnya, ia belum mampu mengubur keinginannya untuk melanjutkan pendidikannya di SMA dan meneruskannya ke ITB Bandung.

Dalam perjalanan hidup Alif di Pondok Madani, terdapat beberapa orang sahabat yang membersamainya. Mereka adalah Raja Lubis dari Medan Sumatera Barat, Dulmajid dari Sumenep, Madura, Baso Salahudin dari Gowa, Sulawesi, Atang Yunus dari Bandung, Jawa Barat, dan Said Jufri dari Surabaya, Jawa Timur. Dalam keseharian Alif, ditemani oleh sahabat-sahabat yang amat menyayanginya. Suatu ketika mereka duduk-duduk santai di bawah menara besar dekat komplek masjid. Tanpa sadar mereka memandangi awan sejak tadi, dan awan-awan itu membentuk sebuah pola Negara berdasarkan perspektif mereka masing-masing. Berdasarkan perspektif itulah mereka berkeinginan kuat untuk menuju tempat itu. Atang berkeinginan untuk pergi ke Mesir, Raja ingin ke London, Alif ingin ke Amerika dan Said, Dulmajid, serta Baso ingin tetap di Indonesia. Mereka sering sekali duduk-duduk di bawah menara besar masjid Madani, karena begitu seringnya mereka melakukan aktivitas di bawah menara maka mereka dijuluki dengan sebutan sohibul Menara, yang berarti “yang punya menara.

Pada suatu ketika menginjak tahun kedua kebersamaan 5 sahabat menara, tiba-tiba Baso Salahudin memutuskan untuk pergi dan pulang ke kampong halamannya di Gowa. Alasan kepulangannya ialah karena pertimbangan ekonomi dan neneknya yang tinggal sendiri di Gowa. Ia harus mengurus neneknya yang sedang sakit. Alasan mengapa selama setahun ini tak ada seorangpun yang menengok Baso di Pondok Madani ialah karena Baso sudaj tidak memiliki orang tua kandung. Ia hanya hidup sebatang kara bersama neneknya. Atang, alif, Said, dan Dulmajid kaget mendengar hal ini. Mereka sama sekali tidak tahu kalau Baso tidak memiliki orang tua. Alasan mengapa Baso terobsesi dengan hafalan 30 Juz nya tidak lain adalah karena ia menginginkan jubah kemuliaan disematkan oleh Allah kepada orang tuanya yang sudah tiada. Sohibul menara berpelukan menahan haru yang luar biasa dan tak kuasa menahan tangis karena perpisahan yang begitu mengejutkan.

Kelebihan yang terdapat dalam novel ini terletak pada gaya bahasa pengarang yang lugas dan menarik. Mengingat latar belakang pengarang yang seorang jurnalis, maka tidak mengherankan jika penggambaran cerita dilakukan dengan cara yang sangat baik. Penulis menggambarkan tentang aspek kultural di pondok pesantren yang kental dengan nilai-nilai religious dan menepis anggapan bahwa santri hanya bisa mengaji dan ceramah. Banyak hal yang bisa didapatkan dari belajar di pondok pesantren. Kisah dalam novel ini terinspirasi dari pengalaman pribadi penulis yang dituangkan pada tokoh Alif fikri yang semula begitu terpaksa belajar di pondok pesantren namun pada akhirnya ia merasakan banyak manfaat yang didapatkannya.

Kekurangan pada novel ini terletak pada konflik cerita yang hanya ditonjolkan pada pertentangan batin Alif Fikri. Konfliknya hanya terletak pada rasa terpaksanya alif yang mengikuti kemauan amaknya untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren. Sedangkan ia berkeinginan melanjutkan ke SMA. Dinamika pada novel ini terasa sangat datar , pembaca seperti melihat catatan harian yang dikemas menjadi karya fiksi.


RANGKUMAN BAB II MANUSIA DAN KEHIDUPAN


A.Manusia

Dalam kehidupan ini, manusia memegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari banyak segi. Dalam ilmu eksakta, manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia(ilmu kimia). Manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan dari energi (ilmu fisik), manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan makhluk mamalia(biologi).
Dalam ilmu-ilmu sosial, manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi), manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapta berdiri sendiri ( sosiologi). Makhluk yang selalu ingin mempunyai ekuasaan (politik). Makhluk yang berbudaya, sering disebut homo-humanus (filsafat). Dan lain sebagainya.

1. Manusia terdapat 4 unsur yang saling terkait seperti:
a.     Jasad, yaitu : badan kasar manuasia yang dapat di raba dan menempati ruang dan  waktu
b.     Hayat, yaitu : mengandung unsur hidup, yang di tandai dengan gerak.
c.     Ruh yaitu : bimbingan dan pimpinan dari tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan  memahami kebenaran.
d.     Nafas, dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri

Manusia terdiri dari :

a. Id : bagian yang tidak tampak , yang merupakan struktur kepribadian yang paling primitif dan paling tidak tampak. Id merupakan libido murni, atau energy psikis yang menunjukan ciri alami yang irrasional dan terkait dengan sex.

b. Ego : merupakan bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali di bedakan dari Id, sering kali di sebut sebagai kepribadian “eksekutif” karena perannya dalam menghubungkan energi Id ke dalam saluran sosial yang dapat di mengerti oleh orang lain.

c. Superego : merupakan struktur kepribadian yang paling akhir, muncul kira-kira pada usia lima tahun. Di bandingkan dengan Id dan ego, yang berkembang secara internal dalam individu, superego terbentuk dari lingkungan eksternal.



B.      Hakekat Manusia

a.      Mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai salah satu kesatuan yang utuh

Tubuh adalah materi yang dapat dilihat,di raba,di rasa, wujudnya kongrit tetapi tidak abadi.Jika manusia meninggal, tubuhnya hancur dan lenyap. Jiwa terdapat di dalam tubuh tidak dapat dilihat,tidak dapat di raba, sifatnya abstrak tetapi abadi.

b.      Mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika di bandingkan dengan mahluk lainnya.

Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia misalnya :

1.      Perasaan intelektual, yaitu petasaan yang berkenaan dengan pengetahuan.
2.      Perasaan estetis, yaitu perasaan yang berkenan dengan keindahan.
3.      Perasaan etis, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kebaikan.
4.      Perasaan diri, yaitu perasaan yang berkenaan dengan harga diri karena ada kelebihan dari yang lain.
5.      Perasaan sosial, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kelompok atau korp atau hidup bermasyarakat, ikut merasakan kehidupan orang lain.
6.      Perasaan religious, yaitu perasaan yang berkenaan dengan agama atau kepercayaan.

Adanya kehendak dari setiap manusia mampu menciptakan perilaku tentang kebaikan    menurut moral seperti:
  a. Mahluk biokultural, yaitu mahluk hayati yang budayawi
  b.  Mahluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi)

D. Pengertian Kebudayaan

Menurut Melville J. herkovits dan Bronislaw Malinowski, Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu. Herkovits memandang kebudayaan sebagai superorganic, karena kebudayaan yang turun-temurun dari generasi ke generasi hidup terus.
     Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu dari kata Budhayah yang berarti budi atau akal.


E. Unsur-Unsur Kebudayaan

Menurut C. Kluckhohn ada 7 unsur kebudayaan Universal yaitu:

a. Sistem religi ( sistem kepercayaan)
Manusia sebagai Homo Religicus, Manusia yang memiliki kecerdasan dan pikiran dan perasaan luhur, akan mengetahui bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang maha besar. Karena itu, manusia takut, sehingga menyembahnya dan lahirlah keercayaan yang sekarang menjadi agama.

b. Sistem organisasi kemasyarakatan
Manusia ssebagai Homo Socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah, namun memiliki akal, maka disusunlah organisasi kemsyarakatan yang dimana manusia akan bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

c. sistem pengetahuan
Manusia sebagai Homo Sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri. Disamping itu, terdapat juga orang lain. Kemampuan manusia mengingat-ingat apa yang telah diakui kemudian menyampaikannya kepasa orang lain melalui bahasa, dan dapat menyebabkan pengetahuan yang menyebar luas. Akan mendapatkan hasil lebih apabila pengetahuan itu dibukakan, maka penyebarannya dapat dibukakan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

d. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
Merupakan produk manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.

e. Sistem teknologi dan peralatan
Manusia sebagai Homo Faber. Bersumber dari pemikiran manusia yang cerdas dan dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan sesuatu dengan erat, manusia dapat membuat dan mempergunakan alat, dengan alat-alat ciptaannya itulah manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya daripada binatang.

f. Bahasa
Manusia sebagai Homo Longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode) yang kemudian disempurnakan dalam  bahasa lisan sampai tulisan.

g. Kesenian
Manusia sebagai Homo Aesteticus. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya, maka dibutuhkan kebutuhan psikisnya untuk dipuaskan. Manusia bukan lagi semata-mata memenuhi kebutuhan isi perut saja, mereka juga perlu pandangan mata yang indah, suara merdu, yang semuanya dapat dipenuhi melalu kesenian.


F. Wujud Kebudayaan

Menurut Dimensi Wujudnya, kebudayaan mempunyai 3 wujud:

1. Kompleks gagasan konsep, dan pemikiran manusia
Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang bisa disebut pikiran.

Beberapa aktivitas manusia yang saling beriteraksi, saling kongkret dapat diamati atau diobservasi. Wujud ini disebut sistem sosial

     2. Kompleks aktivitas
Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat kongkret, dapat di amati atau diobservasi. Wujud ini sering disebut sistem sosial, Sistem sosial bersifat kongkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari bisa diobservasi, di foto dan didokumentasi.

3. Wujud sebagai benda
Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai keperluan hidupnya.

Ketiga wujud kebudayaan tersebut, dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tak berpisah satu sama yang lainnya.


G. Orientasi Nilai Budaya

Menurut C,Kluckhohn Sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu :

1.    Hakekat hidup manusia (MH)
Hakekat hidup untuk manusia setiap kebudayaan berbeda secara ekstrem ada yang berusaha untuk memandang hidup,ada pula denga pola kelakuan tertentu yang mengganggap hidup sebagai hal yang baik “mengisi hidup”

2.    Hahekat karya manusia (MK)
Setiap kebudayaan hakekatnya berbeda-beda. Di antaranya ada yang beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hidup karya memberikan kedudukan atau kehormatan karya merupakan  gerak hidup untuk menambah karya lagi.

3.    Hakekat waktu manusia (WM)
Hakekat waktu untuk setiap kebudayaan berbeda ada yang berpandangan mementingkan orientasi masa lampau ada pula yang berpandangan untuk masa kini atau masa yang akan datang.

4.    Hakekat alam manusia (MA)
Ada kebudayaan yang menganggap manusia harus mengeksploitasi alam atau memanfaatkan alam semaksimal mungkin.

5.    Hakekat hubungan manusia (MN)
Dalam hal ini ada yang mementingkan hubungan manusia dengan manusia, baik secra  horizontal (sesamanya) maupun secra vertical (orientasi kepada tokoh tokoh) ada pula yang berpandangan individualistis (menilai tinggi kekuatan sendiri).

H. Perubahan Kebudayaan
Semua kebudayaan tidak ada yang statis, melainkan selalu dinamika dan gerak.
Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi.
Gerak/ perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal seperti:

1. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri. Misal jumlah penduduk

2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.jika masyarakat terbuka maka cenderung berubah lebih cepat.

Perubahan juga terjadi karena adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru khususnya teknologi dan inovasi

Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat

Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga masyarakat atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain aturan dan norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan.

Sedangkan perubahan kebudayaan atau akulturasi terjadi apabila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu di hadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda. Proses migrasi besar-besaran, dahulu kala mempermudah berlangsungnya akulturasi tersebut. Beberapa masalah yang menyangkut proses tadi adalah :

a.      Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang mudah diterima
b.      Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang sulit di terima
c.       Individu-individu manakah yang cepat menerima unsur-unsur yang baru
d.      Ketegangan-ketegangan-ketegangan apakah yang timbul sebagai akibat akulturasi tersebut.

1.      Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah :

a. Unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang terutama sangat mudah di pakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya.
b. Unsur-unsur yang terbukti mambawa manfaat besar.
c. Unsur-unsur yang dengan mudah di sesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur-unsur tersebut.

2.   Unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima oleh sesuatu masyarakat adalah misalnya:

a. Unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi
b. Unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi.

3.   Pada umunya generasi muda di anggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi.sebaliknya generasi tua, di anggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru.

4.   Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi,selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.. Perubahan masyarakat dianggap oleh golongan tersebut sebagai keadaan krisis yang membahayakan keutuhan masyarakat

Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu kebudayaan baru diantaranya :

1.   Terbatasnya masyarkat memiliki hungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2.   Jika pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama maka penerimaan unsur baru itu mengalami hambatan dan harus disensor sulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
3.   Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru.
4.   Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan-landasan bagi diterimanaya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5.   Apabila unsur yang baru itu meniliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.

I.        Kaitan Manusia Dan Kebudayaan

Secara sederhana hungan antara manusia dan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang di laksanakan manusia.
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa malaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat di pandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat di nyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain.
Proses diakletis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :

1.   Eksternalisasi: yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
2.   Obyektivitas: yaitu proses di mana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia.
3.   Internalisasi: yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia.
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan erat satu sama lain.